Thursday 26 February 2015

cerita bijak part I

KISAH TENTANG CERITA BIJAK
Alkisah,  ada  seorang  pelukis  terkenal.  Hasil  lukisannya  banyak 
menghiasi  dinding  rumah  orang-orang  kaya.  Si  pelukis  dikenal  dengan 
kehalusan, ketelitian, keindahan, dan kemampuan memperhatikan detail 
obyek yang digambarnya. Karena itu, pesanan lukisannya tidak pernah 
berhenti  dari  para  kolektor  maupun  pecinta  barang-barang  seni.  Suatu 
hari, setelah menyelesaikan sebuah lukisan, si pelukis merasa sangat puas 
dengan hasil lukisannya. Menurut pandangannya, lukisan itu sempurna. 
Maka,  dia  lantas  bermaksud  mengadakan  pameran  lukisan  agar  orangorang dapat menikmati, serta mengagumi keindahan dan kehebatannya. 
Saat  pameran,  si  pelukis  meletakkan  sebuah  buku  di  dekat  lukisan 
dengan  sebuah  tulisan:  "Yang  terhormat,  para  pecinta  dan  penikmat 
seni.  Setelah  melihat  dan  menikmati  lukisan  ini,  silakan  isi  di  buku  ini 
komentar  Anda  tentang  kelemahan  dan  kekurangannya.  Terima  kasih 
atas waktu dan komentar Anda." Pengunjung pun silih berganti mengisi 
buku  itu.  Setelah  beberapa  hari,  si  pelukis  pun  membaca  buku  berisi 
komentar  pengunjung  pameran  dan  dia  merasa  kecewa  sekali  dengan 
banyaknya  catatan  kelemahan  yang  diberikan.  "Orang-orang  ini 
memang  tidak  mengerti  indahnya  lukisan  ini.  Berani-beraninya  mereka 
mengritik!"  batin  si  pelukis.  Dalam  hati,  dia  tetap  yakin  bahwa 
lukisannya  itu  sangat  bagus.  Maka,  untuk  itu  dia  ingin  menguji  sekali 
lagi komentar orang lain, tetapi dengan metode yang berbeda. Untuk itu, 
ia  membuat  pameran  sekali  lagi,  namun  di  tempat  yang  berbeda.  Kali 
ini, ia juga menyertakan sebuah buku untuk diisi oleh pengunjung yang 
melihat lukisannya. Tetapi kali ini,  penikmat lukisannya tidak dimintai 
komentar  kelemahan,  namun  untuk  memberikan  komentar  tentang 
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Disadur dari www.andriewongso.com 
Disadur dari www.andriewongso.com 
kekuatan  dan  keindahan  lukisan  itu.  Setelah  beberapa  hari,  si  pelukis 
kembali  membaca  buku  komentar  pengunjung.  Kali  ini,  dia  tersenyum 
senang setelah membacanya. Jika pengunjung yang terdahulu mengritik 
dan melihat kelemahannya, maka komentar yang didapatkannya kali ini 
berisi  banyak  pujian  dan  kekaguman  atas  lukisan  yang  dibuatnya. 
Bahkan,  banyak  dari  hal-hal  yang  dikritik  waktu  itu,  sekarang  justru 
dipuji.  Dari  kedua  pameran  lukisan  yang  diadakannya,  si  pelukis 
mendapatkan  sebuah  pembelajaran  bahwa  tidak  ada  yang  sempurna  di 
dunia ini.  Apapun  yang kita kerjakan, sehebat dan sesempurna apapun 
menurut  kita,  ternyata  di  mata  orang  lain,  ada  saja  kelemahan  dan 
kritikannya. Namun, pastilah ada juga yang memuji dan menyukainya. 
Jadi, tidak perlu marah dan berkecil hati terhadap komentar orang lain. 
Asalkan  kita  mengerjakan  semua  pekerjaan  dengan  sungguh-sungguh 
dan dilandasi niat baik, itulah persembahan terbaik bagi diri kita sendiri. 
Memang, kehidupan di  dunia ini tidak ada yang sempurna, (mei yu sek 
jien  sek  me).  Apa  yang  kita  pikirkan,  yang  kita  yakini,  yang  kita 
kerjakan,  dan   yang  kita  hasilkan,  pasti  selalu  ada  sisi  pro  dan  kontra. 
Maka,  kalau  kita  bersikukuh  dengan  sesuatu  yang  kita  miliki  dan  kita 
yakini,  maka  hal  tersebut  bisa  jadi  justru  mendatangkan  masalah, 
konflik,  atau  bahkan  rasa  antipati.  Tentu,  jika  itu  yang  terjadi,  akan 
membuat  kita  tidak  bahagia,   Namun,  jika  kita  mampu  menghargai 
setiap  perbedaan  sebagai  hak  asasi  setiap  insan,  maka  akan  timbul 
keselarasan dan keharmonisan. Jika kita bisa menerapkan toleransi dan 
saling menghargai, maka ke mana pun kita pergi, dengan siapa pun kita 
bergaul,  akan  selalu  ada  tempat  yang  nyaman  dan  damai  buat  kita 
sehingga kebahagiaan selalu kita rasakan. 

1 comment: